wikiberita.net Festival budaya Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, menjadi sorotan dunia setelah viralnya aksi menari seorang bocah berusia 11 tahun bernama Rayyan Arkan Dikha. Dalam rekaman yang tersebar di media sosial, Rayyan terlihat menari penuh semangat di atas perahu tradisional saat timnya berlomba di Sungai Kuantan. Gerakannya yang khas dan ekspresinya yang energik menarik perhatian jutaan pengguna internet di dalam maupun luar negeri.
Fenomena ini tak berhenti di dunia maya. Beberapa bintang olahraga internasional seperti Alex Albon, pebalap Formula 1, dan Marc Marquez, pembalap MotoGP, ikut menirukan gaya Rayyan di akun media sosial mereka. Sejak itu, nama “Pacu Jalur” menjadi trending topic global dan menempatkan Riau di peta wisata dunia.
Dampak Viral yang Luar Biasa
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, menyebut efek viral Rayyan membawa berkah besar bagi sektor pariwisata daerah. Tahun lalu, festival ini dikunjungi sekitar 1,4 juta orang dengan nilai ekonomi mencapai Rp 40 miliar. Tahun ini, angka itu melonjak menjadi 1,5 juta penonton dan kontribusi ekonomi lebih dari Rp 70 miliar.
“Dulu tak ada wisatawan asing yang datang langsung menyaksikan Pacu Jalur. Sekarang, banyak turis mancanegara hadir. Ini sesuatu yang luar biasa bagi Riau,” ujarnya.
Roni menilai, popularitas festival ini tak hanya mendongkrak sektor pariwisata, tetapi juga ekonomi kreatif. Penjual makanan, pengrajin cendera mata, hingga penyedia akomodasi merasakan lonjakan permintaan selama festival berlangsung.
Festival Tradisional dengan Daya Tarik Global
Ajang Pacu Jalur diadakan di Sungai Kuantan dan diikuti lebih dari 200 tim peserta yang datang dari berbagai desa dan kabupaten di Riau. Mereka bersaing memperebutkan hadiah besar, sementara masyarakat tumpah ruah di tepi sungai untuk memberi dukungan.
Setiap tim menggunakan perahu kayu panjang yang disebut “jalur”, dihiasi ornamen warna-warni dan simbol khas daerah. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-17, ketika masyarakat menggunakan jalur untuk mengangkut barang dan orang di sungai. Lambat laun, kegiatan tersebut berkembang menjadi perlombaan rakyat yang memadukan kekuatan fisik dan kekompakan.
Suasana festival selalu meriah. Sepanjang tepi sungai dipenuhi tenda, bendera, serta pedagang makanan khas Riau. Alunan musik tradisional mengiringi sorakan penonton, menciptakan atmosfer yang tak kalah semarak dari ajang olahraga internasional.
Magnet Wisata Baru untuk Dunia
Tahun ini, sejumlah turis asing terlihat hadir langsung di lokasi. Salah satunya Duncan McNaught, wisatawan asal Australia, yang mengaku datang khusus untuk merekam festival ini. “Saya ingin menunjukkan kepada dunia betapa uniknya Pacu Jalur. Para pendayung itu luar biasa, energinya luar biasa,” ujarnya.
Selain wisatawan luar negeri, masyarakat dari berbagai provinsi di Indonesia juga rela menempuh perjalanan jauh untuk menyaksikan lomba ini. Salah satunya Yuyun Kurnia, warga Medan, yang melakukan perjalanan 17 jam demi melihat langsung ajang tersebut. “Saya tertarik setelah melihat video Rayyan viral di media sosial. Menonton langsung terasa luar biasa. Suasananya hidup sekali,” katanya.
Ribuan penonton memadati area Sungai Kuantan, sebagian bahkan turun ke air agar bisa melihat dari jarak dekat. Anak-anak duduk di bahu orang tuanya, sementara para pedagang asongan berkeliling menjajakan makanan tradisional.
Dari Tradisi ke Fenomena Global
Fenomena viral Rayyan menunjukkan bagaimana budaya lokal bisa menjadi sorotan dunia lewat kekuatan media sosial. Gerakan spontan seorang anak kecil kini membawa dampak ekonomi dan sosial yang besar bagi masyarakat Kuantan Singingi.
Pemerintah daerah pun mulai merancang strategi jangka panjang untuk menjaga momentum ini. Salah satunya dengan memperkuat promosi Pacu Jalur di tingkat nasional dan internasional melalui kerja sama dengan kementerian pariwisata dan komunitas digital kreatif.
“Pacu Jalur sudah menjadi simbol kebanggaan Riau. Kami akan terus memperbaikinya agar tetap menarik bagi wisatawan tanpa kehilangan nilai tradisi,” kata Roni.
Menjaga Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang
Lebih dari sekadar perlombaan, Pacu Jalur adalah warisan budaya yang mengandung nilai gotong royong, sportivitas, dan kebersamaan. Setiap jalur digerakkan oleh puluhan pendayung yang harus seirama agar perahu melaju cepat. Filosofi kerja sama ini menjadi cerminan karakter masyarakat Riau yang tangguh dan kompak.
Pemerintah daerah berkomitmen menjadikan Pacu Jalur sebagai agenda tahunan berskala internasional. Selain memperkuat identitas budaya, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui sektor pariwisata berkelanjutan.
Kesimpulan: Dari Sungai Kuantan ke Dunia
Dari Sungai Kuantan yang tenang, kini gema Pacu Jalur terdengar hingga ke mancanegara. Fenomena viral bocah penari di atas perahu tradisional menjadi bukti bahwa budaya lokal bisa melampaui batas geografis.
Dengan semangat dan kreativitas masyarakatnya, Pacu Jalur bukan hanya tradisi masa lalu, tetapi juga simbol masa depan pariwisata Indonesia yang berakar pada kearifan lokal dan mampu berbicara di panggung dunia.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
