wikiberita – Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota Makassar, terselip kisah menyayat hati tentang seorang gadis kecil bernama Hadijah (9 tahun). Ia menderita cerebral palsy, gangguan saraf otak yang membuatnya sulit bergerak dan berbicara. Sejak dua tahun lalu, Hadijah ditinggalkan oleh ibunya dan kini diasuh oleh sang nenek yang sudah renta. Kisah perjuangan mereka mencuri perhatian masyarakat setelah video Hadijah yang menangis karena ingin bertemu ibunya beredar di media sosial.
- Kehidupan Hadijah di Rumah Sederhana Bersama Sang Nenek
Hadijah tinggal di sebuah rumah kayu sempit di kawasan Tamalanrea, Makassar bersama neneknya, Maryam (67). Setiap hari, Maryam harus memandikan, menyuapi, dan menggendong cucunya yang tidak bisa berjalan. “Kalau malam, dia sering memanggil ibunya. Saya hanya bisa peluk dan bilang sabar, Nak, Ibu pasti sayang kamu,” tutur Maryam dengan mata berkaca-kaca. Hidup mereka bergantung pada bantuan tetangga dan donatur yang sesekali datang membawa sembako. Di usia senjanya, Maryam tetap bertekad merawat Hadijah meski tubuhnya mulai rapuh. - Ditinggalkan Tanpa Kabar oleh Sang Ibu
Menurut pengakuan keluarga, ibu Hadijah meninggalkan rumah sejak 2023 untuk bekerja di luar kota dan tidak pernah kembali. Nomor teleponnya tidak lagi aktif, dan keberadaannya hingga kini belum diketahui. Ayah Hadijah sudah lebih dulu meninggal dunia saat ia berusia tiga tahun. Sejak itu, Maryam menjadi satu-satunya tempat bergantung bagi cucunya. “Saya tidak ingin dia merasa sendiri. Meski saya miskin, saya tidak akan menyerah merawatnya,” ucap sang nenek lirih. - Kondisi Kesehatan dan Keterbatasan Pengobatan
Cerebral palsy yang diderita Hadijah membuat tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Ia hanya bisa berbaring di kasur tipis di ruang tengah rumahnya. Sesekali, tetangga membantu membawa Hadijah ke puskesmas untuk terapi. Namun, keterbatasan biaya membuat pengobatan tidak rutin. Kepala Puskesmas Tamalanrea, dr. Luthfi Rahman, menyebut kondisi Hadijah membutuhkan terapi rutin dan nutrisi khusus agar tidak semakin parah. “Kami sudah mengajukan bantuan alat bantu medis ke Dinas Kesehatan dan mengoordinasikan pemeriksaan lanjutan ke rumah sakit daerah,” katanya. - Bantuan dan Kepedulian Masyarakat Mulai Mengalir
Setelah kisah Hadijah viral di media sosial, berbagai komunitas kemanusiaan di Makassar mulai berdatangan memberi bantuan. Salah satunya Relawan Peduli Anak Difabel (RPAD) yang menyalurkan kursi roda dan kebutuhan harian untuk Hadijah. Pemerintah Kota Makassar juga turun tangan melalui Dinas Sosial, memberikan bantuan tunai serta mendata kemungkinan penyaluran program rumah layak huni. “Kami tergerak melihat perjuangan nenek Maryam. Pemerintah akan memastikan Hadijah mendapat perawatan dan hak pendidikan anak difabel,” ujar Kepala Dinas Sosial Makassar, Andi Nurlina. - Harapan dan Doa untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Meski hidup dalam keterbatasan, Maryam tetap menyalakan semangat untuk cucunya. Setiap sore, ia duduk di beranda sambil mengajarkan Hadijah membaca huruf-huruf sederhana dari papan tulis kecil. “Saya ingin dia bisa belajar seperti anak lain. Kalau ibunya kembali suatu hari nanti, saya ingin dia lihat bahwa anaknya kuat,” ujarnya pelan. Hadijah sendiri, meski sulit berbicara, kerap tersenyum saat mendengar lagu anak-anak yang diputar dari ponsel lama milik neneknya.
Kisah Hadijah menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap kota, masih banyak anak-anak difabel yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Keberadaan mereka sering terlupakan, padahal setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan penuh cinta. Dengan kepedulian masyarakat, diharapkan Hadijah dan anak-anak lain dengan kondisi serupa dapat tumbuh dengan harapan baru serta masa depan yang lebih baik.
