
Pemerintah Iran mengambil langkah tegas menyusul gelombang panas ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah negara tersebut. Akibat suhu udara yang mencapai hampir 50 derajat Celsius, otoritas Iran memutuskan untuk menutup sementara kantor pemerintahan, sekolah, universitas, dan layanan publik non-esensial selama dua hari.
Langkah ini diumumkan pada Selasa malam (4/8) dan mulai diberlakukan pada Rabu dan Kamis pekan ini. Keputusan tersebut diambil demi melindungi kesehatan masyarakat dan mengurangi tekanan terhadap sistem kelistrikan nasional yang mulai kewalahan.
“Gelombang panas ini luar biasa dan belum pernah terjadi selama beberapa dekade terakhir. Penutupan kantor-kantor ini adalah langkah pencegahan agar masyarakat tidak semakin terpapar risiko kesehatan,” ujar Ali Bahadori Jahromi, juru bicara pemerintah Iran.
Lonjakan Suhu Ancam Kesehatan dan Infrastruktur
Menurut wikiberita, badan Meteorologi Iran melaporkan bahwa suhu di beberapa wilayah selatan negara itu, seperti Ahvaz dan Bandar Abbas, telah mencatat angka di atas 49°C. Di ibu kota Teheran sendiri, suhu harian melampaui 42°C, dengan indeks panas yang lebih tinggi akibat kelembaban dan kurangnya angin.
Kondisi ini memicu peningkatan kasus medis seperti heat stroke, dehidrasi, dan gangguan pernapasan, terutama pada lansia, anak-anak, dan pekerja lapangan.
Rumah sakit dan layanan darurat diinstruksikan untuk meningkatkan kesiagaan. Beberapa fasilitas kesehatan telah membuka pos darurat untuk menangani kasus terkait suhu ekstrem.
Krisis Listrik dan Konsumsi Energi
Salah satu dampak langsung dari gelombang panas adalah melonjaknya konsumsi listrik nasional, terutama untuk kebutuhan pendingin ruangan (AC). Pemerintah menyatakan sistem kelistrikan berada dalam kondisi rawan, dan telah melakukan pemadaman bergilir di beberapa daerah guna menjaga kestabilan jaringan.
“Kami meminta masyarakat menggunakan listrik secara bijak dan menghindari aktivitas luar ruangan pada siang hari,” tambah Jahromi.
Iran Bukan Satu-satunya
Gelombang panas ekstrem ini tidak hanya dirasakan di Iran, tetapi juga melanda sejumlah negara di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Para ahli iklim menyebut fenomena ini sebagai bagian dari pola global perubahan iklim yang memperparah cuaca ekstrem, termasuk kekeringan, kebakaran hutan, dan kenaikan suhu tahunan.
Pemerintah Imbau Warga Waspada
Sebagai langkah antisipatif, pemerintah Iran meminta seluruh warga untuk:
- Tetap berada di dalam ruangan saat siang hari
- Banyak minum air dan hindari kafein
- Gunakan pakaian longgar dan berwarna terang
- Menjaga anak-anak dan lansia dari paparan sinar matahari langsung
Situasi akan terus dipantau hingga suhu mulai turun. Jika gelombang panas berlanjut, pemerintah mempertimbangkan memperpanjang masa penutupan layanan publik.
Penutupan kantor dan sekolah di Iran akibat gelombang panas ekstrem ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata. Langkah tegas pemerintah diharapkan bisa melindungi masyarakat sekaligus mendorong kesadaran akan pentingnya upaya bersama untuk mengatasi dampak pemanasan global. Untuk terus mendapatkan update terkini seputar isu lingkungan dan kesehatan, jangan lupa kunjungi dailyinfo sebagai sumber informasi terpercaya.