wikiberita.net Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau RKUHAP akhirnya disahkan menjadi undang-undang setelah proses pembahasan yang berlangsung cukup panjang. Keputusan ini menandai babak baru dalam sistem penegakan hukum Indonesia, karena KUHAP adalah salah satu instrumen hukum paling fundamental dalam mengatur kewenangan penyidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, hingga pembuktian.
Dengan disahkannya regulasi baru ini, lahirlah berbagai perdebatan mengenai sejauh mana pasal-pasal yang ada dapat memengaruhi masyarakat. Banyak akademisi, praktisi hukum, hingga organisasi masyarakat sipil mulai menyoroti beberapa ketentuan yang dianggap krusial. Hal ini membuat publik bertanya: apakah KUHAP baru benar-benar membawa pembaruan positif atau justru menghadirkan ruang interpretasi hukum yang terlalu luas?
Dukungan DPR dan Alasan KUHAP Baru Dianggap Mendesak
Mayoritas fraksi di DPR menyatakan bahwa KUHAP sebelumnya sudah tidak lagi relevan dengan kebutuhan penegakan hukum modern. Banyak proses hukum masih mengacu pada aturan lama yang dinilai tidak cukup mengakomodasi perkembangan teknologi, praktik persidangan modern, maupun kebutuhan transparansi sistem peradilan.
Para pendukung menyebut bahwa KUHAP baru akan mendampingi KUHP yang telah disahkan terlebih dahulu. Dengan adanya dua regulasi besar ini, pemerintah berharap sistem hukum pidana Indonesia menjadi lebih sinkron dan terstruktur. Namun, di sisi lain, sejumlah pasal yang memperluas kewenangan aparat penegak hukum memunculkan kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan.
Mengapa KUHAP Baru Mengundang Kontroversi?
Sebagian besar kritik muncul karena KUHAP baru dianggap mengandung pasal-pasal yang berpotensi menjerat banyak pihak, bahkan masyarakat umum yang tidak memiliki masalah hukum sebelumnya. Beberapa poin dianggap perlu diwaspadai karena memiliki cakupan yang luas dan membuka celah multitafsir.
Berikut beberapa poin krusial yang sering dibahas:
1. Perluasan Kewenangan Penangkapan dan Penahanan
Banyak pihak menilai bahwa kewenangan aparat dalam melakukan penangkapan masih perlu pengawasan ketat. KUHAP baru memperluas durasi tertentu dalam proses awal penyidikan. Hal ini dikhawatirkan dapat membuka peluang tindakan sewenang-wenang apabila tidak diawasi secara menyeluruh.
2. Pengaturan Alat Bukti Digital
Salah satu elemen modern dalam KUHAP baru adalah pengesahan alat bukti elektronik sebagai sumber pembuktian utama. Meskipun langkah ini relevan dengan perkembangan zaman, ada kekhawatiran mengenai bagaimana alat bukti digital dikumpulkan dan divalidasi. Tanpa standar yang jelas, risiko manipulasi bukti dapat meningkat.
3. Potensi Kriminalisasi Lewat Prosedur
Beberapa pasal mengatur proses pemanggilan, pemeriksaan, hingga pemaksaan tindakan tertentu. Walaupun ditujukan untuk memperjelas prosedur, aturan ini dapat menjadi ancaman bagi warga apabila tidak diimbangi dengan mekanisme perlindungan yang kuat.
4. Peran Jaksa dalam Proses Penyidikan
KUHAP baru mempertegas koordinasi antara penyidik dan penuntut umum. Namun, sebagian pengamat menilai bahwa penguatan ini perlu dibarengi pengawasan internal dan eksternal yang independen agar tidak terjadi konsentrasi kekuasaan.
Apakah KUHAP Baru Bisa Menjerat Semua Orang?
Pertanyaan ini muncul karena beberapa pasal dalam KUHAP baru menggunakan frasa yang cukup luas. Istilah seperti “kepentingan penyidikan”, “potensi menghambat proses hukum”, atau “tindakan tertentu untuk kepentingan perkara” sering dikritik karena dapat ditafsirkan secara subjektif.
Namun, tidak semua kekhawatiran tersebut otomatis terjadi. KUHAP baru tetap memerlukan aturan turunan berupa peraturan pemerintah, SOP internal, serta pedoman teknis. Selama aturan turunan tersebut dirumuskan secara transparan dan melibatkan pakar independen, potensi penyalahgunaan dapat diminimalkan.
Pandangan Para Pengamat Hukum
Banyak akademisi menyebut bahwa KUHAP baru ini memiliki dua wajah: satu sisi merupakan modernisasi hukum acara pidana, sisi lain mengandung pasal yang harus diawasi ketat. Beberapa catatan penting dari pengamat mencakup:
- Perlunya lembaga pengawas independen untuk memantau implementasi KUHAP.
- Pentingnya pelatihan aparat agar kewenangan baru tidak disalahgunakan.
- Kewajiban pemerintah membuat aturan turunan sejelas mungkin agar tidak ada ruang multitafsir.
- Perlindungan terhadap hak warga harus diperkuat, bukan dilemahkan.
Masyarakat perlu memahami bahwa KUHAP adalah instrumen negara untuk menjaga ketertiban hukum. Namun, KUHAP juga harus memberikan ruang perlindungan bagi warga agar tidak menjadi korban kesewenang-wenangan.
Harapan Publik: Transparansi dan Keadilan
Publik berharap implementasi KUHAP baru dilakukan secara hati-hati. Banyak pihak menekankan pentingnya transparansi di seluruh proses, mulai dari penyidikan hingga persidangan. Hak-hak tersangka, saksi, dan korban harus dijamin, sesuai prinsip negara hukum.
Jika KUHAP baru dijalankan dengan profesional, ia dapat menjadi fondasi peradilan yang lebih modern. Namun jika tidak diawasi, pasal-pasal krusial dapat menjadi ancaman bagi masyarakat luas.
Kesimpulan: KUHAP Baru Butuh Pengawasan Ketat
KUHAP baru merupakan langkah besar dalam pembaruan hukum acara pidana di Indonesia. Meski memiliki potensi positif, banyak pasal memunculkan kekhawatiran karena ruang tafsirnya yang luas. Pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga pengawas harus bekerja sama memastikan implementasinya tetap sesuai prinsip keadilan dan tidak disalahgunakan.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritagram.web.id
