wikiberita.net Kasus penemuan dua kerangka manusia di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya menemukan titik terang.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan intensif, Rumah Sakit Polri Kramat Jati berhasil mengidentifikasi kedua jenazah tersebut sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan.
Penemuan kerangka ini sempat menggemparkan masyarakat sekitar. Warga yang sedang melakukan pembersihan di area gedung lama tersebut menemukan tulang belulang di ruang bawah tanah yang telah lama ditutup.
Kabar itu segera dilaporkan ke kepolisian setempat dan tim forensik Polri langsung dikerahkan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Proses Pemeriksaan dan Analisis Forensik
Kepala Biro Laboratorium dan Dokumen Kesehatan (Karo Labdokkes) Pusdokkes Polri, Brigjen Sumy Hastry Purwanti, menjelaskan bahwa proses identifikasi dilakukan melalui metode primer dan sekunder.
Dua tahapan itu melibatkan analisis struktur tulang, pemeriksaan DNA, serta pencocokan barang pribadi milik korban.
“Hasil analisis tulang tengkorak dan panggul menunjukkan bahwa keduanya berjenis kelamin laki-laki,” ungkap Brigjen Hastry.
Selain pemeriksaan biologis, tim forensik juga memanfaatkan data antemortem—yakni informasi sebelum kematian—dari keluarga korban yang sempat melapor kehilangan anggota keluarganya.
Tim laboratorium kemudian melakukan pemeriksaan DNA dan analisis gigi post-mortem. Hasil pencocokan menunjukkan bahwa kode post mortem 0080 cocok dengan ante mortem 002, yang mengarah pada identitas Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari Muhammad Yasin.
Pencocokan Barang Pribadi dan Ciri Fisik
Sementara itu, identifikasi terhadap kerangka kedua, yaitu Muhammad Farhan, dilakukan melalui kombinasi metode primer dan sekunder.
Polisi memeriksa beberapa barang yang ditemukan di dekat lokasi, seperti kalung, ikat pinggang, dan sepatu, yang kemudian dicocokkan dengan keterangan keluarga korban.
Selain itu, pemeriksaan DNA dari tulang memberikan hasil yang sama kuatnya. Data biologis menunjukkan kecocokan dengan keluarga Muhammad Farhan yang melapor kehilangan beberapa bulan sebelumnya.
Brigjen Hastry menegaskan bahwa seluruh hasil uji sudah diverifikasi secara ilmiah dan tidak terbantahkan.
“Identifikasi kedua korban dilakukan dengan prosedur ilmiah yang terukur dan memenuhi standar internasional forensik,” ujarnya.
Kondisi dan Posisi Kerangka Saat Ditemukan
Dari hasil penyelidikan di lokasi, kedua kerangka ditemukan dalam posisi terlentang berdekatan di ruang bawah tanah gedung.
Tulang-tulang masih cukup utuh meski sudah mengalami proses dekomposisi yang cukup lama.
Tim forensik menduga keduanya telah meninggal dalam kurun waktu lebih dari satu tahun sebelum ditemukan.
Selain tulang, di lokasi juga ditemukan beberapa potongan pakaian yang diduga milik korban.
Polisi sempat melakukan pengukuran jarak dan posisi kerangka untuk memperkirakan kronologi kejadian.
Dari hasil awal, tidak ditemukan indikasi adanya alat tajam atau benda tumpul yang secara jelas menjadi penyebab kematian. Namun, pemeriksaan lanjutan masih dilakukan untuk memastikan hal tersebut.
Keterangan Keluarga Korban
Setelah hasil identifikasi keluar, pihak keluarga kedua korban datang ke RS Polri untuk memastikan temuan tersebut.
Keluarga Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan sama-sama mengaku telah kehilangan kontak dengan keduanya sejak beberapa waktu lalu.
Ayah Reno, Muhammad Yasin, menyampaikan rasa haru bercampur duka setelah kepolisian memastikan identitas anaknya.
“Kami bersyukur akhirnya misteri ini terungkap. Meski berat, setidaknya kami tahu di mana jasad anak kami berada,” ucapnya.
Sementara keluarga Muhammad Farhan juga menyampaikan terima kasih kepada tim forensik Polri yang telah bekerja keras.
“Kami menghargai dedikasi aparat yang tidak berhenti mencari kebenaran,” ujar salah satu anggota keluarga.
Polisi Dalami Motif dan Kronologi Kematian
Meskipun identitas kedua korban sudah terungkap, penyelidikan belum selesai.
Polda Metro Jaya masih menelusuri penyebab kematian dan kemungkinan adanya unsur pidana di balik kasus ini.
Direktorat Reserse Kriminal Umum tengah memeriksa rekaman CCTV lama dari sekitar kawasan Kwitang serta melakukan penelusuran terhadap aktivitas terakhir kedua korban sebelum dinyatakan hilang.
Beberapa saksi juga telah dimintai keterangan, termasuk penjaga gedung dan pekerja renovasi yang pertama kali menemukan tulang.
“Identitas sudah jelas, tapi kami masih mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kecelakaan, tindak kriminal, atau faktor lain,” ujar salah satu penyidik.
Tahap Selanjutnya: Pemakaman dan Pemeriksaan Lanjutan
Setelah proses identifikasi selesai, jenazah Reno dan Farhan akan diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan di tempat asal masing-masing.
BGN (Badan Gizi Nasional) melalui tim sosial Polri juga akan memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga yang terdampak.
Tim forensik tetap melanjutkan pemeriksaan lanjutan terhadap penyebab kematian, termasuk menganalisis kemungkinan adanya zat kimia atau racun di tulang korban.
Hasil uji laboratorium tambahan diharapkan bisa menjelaskan kapan dan bagaimana kedua korban kehilangan nyawa.
Reaksi Publik dan Penegasan Polisi
Kasus penemuan dua kerangka di Kwitang menjadi perhatian luas masyarakat.
Banyak warga yang menilai pengungkapan identitas korban oleh tim forensik sebagai bukti kemajuan teknologi kriminalistik Indonesia.
Polisi mengimbau masyarakat agar tidak berspekulasi atau menyebarkan rumor terkait kasus ini.
“Semua informasi resmi akan disampaikan langsung oleh pihak kepolisian. Kami ingin publik mendapatkan data yang akurat,” tegas Brigjen Hastry.
Ia juga menambahkan bahwa hasil identifikasi ini adalah bagian penting dari proses keadilan bagi keluarga korban.
“Setiap nyawa memiliki hak untuk ditemukan dan diidentifikasi. Itulah komitmen kami,” ucapnya.
Kesimpulan: Misteri Terpecahkan, Investigasi Berlanjut
Dengan terungkapnya identitas Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan, misteri dua kerangka di Gedung ACC Kwitang akhirnya terjawab.
Namun, pekerjaan aparat belum selesai. Polisi masih menelusuri penyebab kematian keduanya untuk memastikan apakah ada unsur kejahatan.
Keluarga kini bisa membawa pulang jenazah untuk dimakamkan dengan layak.
Sementara publik menunggu hasil akhir penyelidikan, kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya kerja ilmiah forensik dalam mengungkap kebenaran di balik tragedi manusia.

Cek Juga Artikel Dari Platform podiumnews.online
