Skip to content
WikiBerita
Menu
  • Sample Page
Menu

Pertumbuhan Ekonomi 5,12%, DPR Sebut Pemerintah On the Track

Posted on August 7, 2025August 7, 2025 by admin

wikiberita – Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal kedua tahun ini menjadi angin segar di tengah ketidakpastian global. Di saat banyak negara masih bergulat dengan efek domino dari inflasi tinggi, perang dagang, dan tekanan geopolitik, Indonesia justru mampu mencatatkan pertumbuhan yang stabil. Meski tak menyentuh angka spektakuler, capaian ini disebut oleh banyak kalangan, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebagai sinyal bahwa pemerintah berada di jalur yang tepat.

Ketua Komisi XI DPR, yang membidangi keuangan dan perbankan, menyebut bahwa performa ekonomi ini menunjukkan keberhasilan strategi fiskal dan moneter yang dijalankan secara hati-hati dan terukur. Menurutnya, kestabilan ekonomi tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari kebijakan yang konsisten dalam menjaga daya beli masyarakat, mengendalikan inflasi, dan mendorong investasi.

Lebih dari sekadar angka, pertumbuhan ini menjadi gambaran bahwa mesin ekonomi nasional masih berjalan meski diwarnai tantangan eksternal. Pertanyaan yang kemudian muncul: apa saja yang menopang capaian ini, dan ke mana arahnya akan membawa Indonesia?

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Tulang Punggung

Salah satu komponen terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi rumah tangga. Di kuartal ini, kontribusinya mencapai lebih dari 50% terhadap PDB. Fakta ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga, meski tekanan harga bahan pokok dan energi masih menghantui sebagian besar rumah tangga.

Kebijakan bantuan sosial, subsidi energi, dan pengendalian harga dinilai cukup efektif menjaga roda konsumsi tetap berputar. Di tengah ancaman ketidakpastian global, pemerintah juga menjaga momentum dengan tetap menggelontorkan stimulus, terutama untuk sektor-sektor padat karya.

Di sisi lain, tren gaya hidup masyarakat yang semakin melek digital juga memperkuat konsumsi sektor jasa, terutama pada layanan transportasi online, makanan cepat saji, hiburan, dan platform belanja daring. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mulai merespons transisi digital dengan lebih adaptif, sesuatu yang lima tahun lalu mungkin belum terasa dominan.

Namun, para ekonom mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada konsumsi rumah tangga juga menyimpan risiko. Ketika daya beli terganggu oleh krisis eksternal atau tekanan inflasi, ekonomi bisa kehilangan pijakan kuatnya. Diversifikasi sumber pertumbuhan tetap diperlukan.

Investasi dan Industri Pengolahan Mulai Tancap Gas

Di tengah banyaknya narasi pesimisme ekonomi dunia, kabar baik datang dari sektor investasi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya kenaikan investasi, baik asing maupun domestik, terutama di sektor industri pengolahan dan energi terbarukan. Kawasan industri di luar Jawa mulai menunjukkan geliat, memperlihatkan bahwa distribusi pembangunan mulai bergeser ke arah yang lebih merata.

Peningkatan ini juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang makin proaktif, seperti insentif fiskal, kemudahan perizinan, hingga program hilirisasi komoditas. Industri nikel, misalnya, kini menjadi bintang baru yang menarik minat investor asing, terutama dari Tiongkok dan Korea Selatan.

Kementerian Perindustrian juga mencatat pertumbuhan positif pada subsektor makanan dan minuman, logam dasar, serta otomotif. Semua ini menambah keyakinan bahwa sektor manufaktur nasional mulai pulih dan bangkit dari tekanan pandemi yang sempat memukul keras rantai pasok.

Meski demikian, para pengamat mengingatkan bahwa iklim investasi tetap butuh jaminan kepastian hukum dan politik. Reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, dan stabilitas regulasi menjadi pekerjaan rumah penting jika ingin mempertahankan tren positif ini.

Sektor Ekspor Masih Diuji Tekanan Global

Berbeda dengan sektor konsumsi dan investasi, sektor ekspor Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan berat. Melemahnya permintaan dari negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok dan Eropa, turut menekan kinerja ekspor beberapa komoditas unggulan, termasuk batu bara, kelapa sawit, dan tekstil.

Nilai ekspor memang masih mencatatkan angka positif secara tahunan, namun laju pertumbuhannya melambat. Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa strategi diversifikasi pasar ekspor menjadi fokus utama, termasuk memperluas pasar non-tradisional di kawasan Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.

Produk-produk UMKM juga mulai diarahkan untuk menjangkau pasar global melalui program digitalisasi ekspor. Dukungan dari perbankan, platform e-commerce, dan kementerian terkait sangat diandalkan untuk membangun ekosistem ekspor yang lebih inklusif.

Dalam konteks ini, penting bagi Indonesia untuk memperkuat keunggulan komparatifnya, seperti pada produk halal, kriya, serta produk pertanian bernilai tambah tinggi. Digitalisasi dan sertifikasi standar internasional akan menjadi kunci agar ekspor tetap menjadi motor pertumbuhan jangka panjang.

Sinergi Pemerintah dan DPR dalam Menjaga Stabilitas

Dukungan DPR terhadap strategi ekonomi pemerintah bukan hanya simbolik. Dalam banyak sidang dan forum kerja, anggota Komisi XI DPR menyatakan komitmennya untuk mengawal arah kebijakan agar tetap pro rakyat dan adaptif terhadap perubahan global. Bahkan, sinergi ini juga ditunjukkan lewat revisi sejumlah regulasi untuk memudahkan pelaku usaha, pelaku UMKM, dan sektor finansial tumbuh bersama.

Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah penguatan sektor pajak dan belanja negara yang efisien. DPR menilai bahwa APBN masih menjadi instrumen vital dalam mendorong pertumbuhan dan menjaga daya beli. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap realisasi anggaran dan efektivitas belanja negara terus dilakukan.

Stabilitas politik juga menjadi modal besar yang turut disebut sebagai faktor pendorong. Meski Indonesia tengah bersiap menuju tahun politik, komunikasi antara eksekutif dan legislatif terjaga dengan cukup baik, terutama dalam isu-isu strategis ekonomi.

Hal ini memperkuat keyakinan bahwa Indonesia bisa tetap “on the track” jika koordinasi lintas sektor dan lembaga tetap terjaga. Masyarakat pun diharapkan bisa merasakan langsung manfaat dari pertumbuhan yang kini tercatat cukup solid.

Angka 5,12% bukan sekadar statistik. Di baliknya ada upaya, strategi, dan tantangan yang dihadapi bersama oleh pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Pertumbuhan ini menjadi sinyal bahwa Indonesia punya peluang besar untuk menatap masa depan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Namun, tentu saja capaian ini tak boleh membuat terlena. Tantangan global belum berakhir, dan pekerjaan rumah seperti ketimpangan, kualitas SDM, serta transformasi digital harus terus dikejar. Seperti yang disampaikan dalam ulasan dailyinfo, kekuatan ekonomi bangsa tidak hanya diukur dari seberapa cepat ia tumbuh, tapi seberapa merata manfaatnya dirasakan oleh rakyat.

Recent Posts

  • Api Lahap Gudang Es Krim, Asap Tebal Selimuti Lhokseumawe
  • Kejagung Sita Mobil Mewah & Uang Miliaran Kasus Riza Chalid
  • Demo Karyawan di Sumatera Barat: Gaji 4 Bulan Belum Dibayar
  • Film Horor-Komedi “Konco‑Konco Edan” Tampilkan Debut Makuboyz
  • Dua Anggota DPR Jadi Tersangka Kasus CSR Bank Indonesia

PARTNER

benjanews dtomarmaris pooluniversity beritabandar arrivanoiguru liburanyuk bengkelpintar rumahjurnal podiumnews quotesbook globenews24 dailyinfo thepsychologysage musicpromote jelajahhijau carimobilindonesia

©2025 WikiBerita | Design: Newspaperly WordPress Theme